Kamis, 15 Maret 2012

Suami Posesive

si A : "Suamimu posesive banget sih?"
si B : "Memangnya kenapa? Bukankah memang seharusnya seperti itu."
si A : "Ga gaul banget sih, kolot,egois."

Posesive.....salah satu sifat yang sering dibenci oleh banyak orang. Apalagi jika seorang suami posesive pada istrinya. Banyak istri yang tidak merima hal itu, malah cenderung merasa dikekang, dipenjara dengan aturan-aturan si suami.

Bukankah suami memang punya hak untuk membuat aturan bagi istrinya. Selama peraturan itu tidak menyimpang dari agama dan untuk kebaikan si istri, bukankah kewajiban istri menaatinya.

Semoga menjadi manfaat, bahwa suami posesive itu sangat baik, apalagi jika posesive itu untuk kebaikan bersama.

Rabu, 01 Februari 2012

Wanita Pilar Rumah Tangga

Seorang wanita, meski fisiknya yang lemah dan perasaannya halus, tetapi merupakan sebuah kekuatan sebuah kekuatan dahsyat dalam rumah tangga. Maka tak heran jika wanita dianggap pilar rumah tangga. Jika ia lupa atau lalai, maka runtuhlah bangunan rumah tangga itu, karena pilarnya tidak mampu menjaganya.

Untuk itu, janganlah bertindak egois. Percayalah, melayani bukan berarti menjadikan pelayan. Tapi bermakna memuliakan sebagai wanita yang sholihah dan berakhlak mulia.
Meski berhak menangis, hendaknya tidak berlebihan. Sebab jika bersedih, tak hanya diri sendiri yang merasakan, tapi juga akan dirasakan suami dan anak-anak. Ungkapkan masalahnya hanya kepada Allah Subhanahu Wata'alaa.

Selain itu, janganlah terlalu banyak menuntut meski itu sudah haknya kalau memang suami terlihat sudah berjuang demi keluarga. Bantulah meringankan beban suami walau hanya sebagian kecil. Jangan malah menambah beban suami dengan keegoisan sesaat.

Coba bayangkan jika sang suami harus menjawab pertanggungjawabannya kepada Allah Subhanahu Wata'alaa, atas sebuah ketidakberdayaannya dalam mendidik keluarga. Maka segeralah hentikan sikap lalai mulai sekarang.

Jangan terlalu banyak mengeluh, ungkapkan saja kekurangan atau protes kepada suami dengan lembut seperti yang diinginkan darinya. Sebab sebuah rumah tangga hanyalah tentang berkomunikasi dan saling bekerja sama menutupi kelemahan masing-masing. Bukan hanya selalu tuntut-menuntut atau mengutarakan kekurangannya.

Simpan baik-baik permasalahan keluarga, tanpa harus mengumbar ke orang lain. Sebab tidak ada orang yang bisa dipercaya seratus persen. InsyaAllah tidak ada yang lebih mengasihimu kecuali Allah Subhanahu Wata'alaa. Lebih baik menyampaikan keluh kesah hanya kepada Allah Subhanahu Wata'alaa. Karena hanya Allah Subhanahu Wata'alaa yang bisa memberikan jalan keluarnya.

Oleh sebab itu, wanita harus menguatkan batinnya sekuat yang ia mampu. Karena keluarga sangat membutuhkan wanita untuk menguatkan anggota keluarga yang lain. Jika sudah tidak mampu menahan ujian, hendaknya jangan berpaling ke orang lain untuk mendukungnya. Percayalah, saat wanita melayani keluarganya karena Allah, maka Allah pun tak akan menyia-nyiakannya, dan wanita akan lebih terlayani oleh kebaikan-Nya. InsyaAllah...

(muslimah)

Selasa, 31 Januari 2012

Hari Terakhirku Berkarir

Bermacam-macam perasaan campur aduk jadi satu.

Sedih karena harus meninggalkan semua teman-teman, meninggalkan karir yang aq inginkan, meninggalkan ilmu yang mungkin menungguku di tempat ini, meninggalkan kenangan-kenangan ini.

Tapi aq juga bahagia karena sebentar lagi aku akan menjadi seorang wanita, istri, dan seorang bunda sesungguhnya. Menjadi ibu rumah tangga yang insyaAllah sholehah untuk keluargaku. Impian dan cita-cita alamiku sebagai seorang wanita dan seorang muslimah.

Kembali pada kodrat seorang wanita dan seorang muslimah. Mengabdi pada Allah, suami dan keluarga kecilku.

Walau ada rasa sedih karena kehilangan semua yang aq inginkan (karena keegoan duniawi), terbesit rasa sangat bahagia dapat kembali pada kodrat semula. Subhanallah....^.^

Semoga karir bari ini dapat membawa ke dalam kebaikan dan kasih sayang-Nya..
Aamiin..Aamiin..Aamiin..Allahumma Aamiin...

Senin, 30 Januari 2012

Teguran Halus Seorang SUami Kepada Istri

Istriku tercinta, aku menulis catatan ini sebagai bukti cintaku kepadamu dan keridhahanku menerimamu sebagai istri, aku telah menyerahkan hidupku kepadamu. Dalam hatiku berkata, inilah wanita yang bisa menjadi ibu anak-anakku dan cocok untuk menjadi istriku. Inilah mawaddah dan sakinah, inilah raihanah rumahku. Aku bimbing tanganmu bersama-sama mengarungi samudera dengan bahtera rumah tangga, menuju pantai penuh kedamaian di sisi Ar-Rabb Ar-Rahman.

  Akan tetapi tiba-tiba datang topan badai menghalangi jalan kita, angin bertiup kencang. Kalau kita berdua tidak segera sadar niscaya kita akan kehilangan kendali bahtera dan kita akan tersesat arah. Aku berkata dalam hati: Tidak! Aku tidak akan membuat bahtera ini karam. Maka aku pegang erat penaku dan aku buka lembaran kertasku. Lalu aku tulis teguran halus ini dari seorang kekasih kepada kekasihnya.

  • Istriku tercinta, tidakkah engkau ingat pada awal pernikahan kita dahulu..engkau adalah lambang kecantikan, kemudian aku tidak mengerti mengapa penampilanmu sampai taraf demikian parah. Awut-awutan dan tak enak dilihat. Apakah engkau lupa bahwa termasuk salah satu sifat wanita adalah apabila suaminya memandang niscaya akan membuatnya senang.
  • Sayangku, tidakkah engkau ingat, berulang kali engkau mengungkit-ungkit jasamu kepadaku, menyebut-nyebut kewajiban rumah tangga yang telah engkau lakukan untukku, pelayanan yang telah engkau berikan kepada tamu-tamuku dan dalam melayani kebutuhanku, apakah Engkau lupa firman Allah subhaanahu wa ta'aala :
ياَيُّهَا الذِينَ امَنُوا لاَ تُبْتِلُوْا صَدَقَاتِكُمْ بِالمَنِّ وَالاَذَى
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)." (Q.S.Al-Baqarah:264)  
  • Tidakkah engkau ingat duhai kekasihku, berapa kali kita telah saling berjanji pada saat-saat pernikahan bahwa kita akan saling bahu membahu dalam ketaatan, mengemban dakwah kepada agama Allah, berikrar bahwa kita akan fokus kepada masalah umat islam dan mendidik anak-anak kita dengan pendidikan islami, tetapi realitanya kita sibuk mengikuti perkembangan mode, hanyut mengikuti cerita-cerita, kisah-kisah, pernak-pernik dan mengejar harta dari manapun sumbernya.
  • Sayangku, tidakkah engkau ingat seringnya engkau menggerutu, tidak qana'ah (puas) menerima rezeki yang telah Allah berikan kepada kita. Haruskah aku menjalani usaha yang haram demi mewujudkan keinginanmu? Apakah engkau sudah lupa kisah wanita yang berkata kepada suaminya :"Bertakwalah kepada Allah dalam memperlakukan kami, sungguh kami bisa sabar menahan lapar namun kammi tidak sabar menanggung panasnya api naar"
  • Ingatkah dirimu, betapa sering aku bangun dari tidurku di bagian akhir malam, ternyata aku dapati engkau sedang asyik menonton film dan musik. Bukankah lebih baik engkau dzikir mengingat Allah dan mengerjakan shalat dua raka'at sementara manusia sedang tertidur di kegelapan kubur. Atau minimal engkau berangkat tidur agar tidak terluput dari shalat fajar.
  • Sayangku, ingatkah dirimu ketika engkau keluar rumah tanpa seizinku untuk mengunjungi keluargamu dan ketika engkau memasukkan temanmu fulanah ke dalam rumahku padahal aku telah melarangmu untuk memasukkannya ke dalam rumah! Lupakah dirimu bahwa itu merupakan hakku!
  • Kekasihku, ingatkah dirimu ketika keluargaku datang mengunjungiku, demikian pula teman-temanku, namun aku lihat engkau menunjukkan wajah muram, berat langkah kakimu dan bermuka masam!..Memang, engkau telah menghidangkan kepada mereka makanan lezat dan mengundang selera, akan tetapi semua itu tiada artinya karena muka masammu itu!
Sayangku, aku telah mengatakan sepenuh hatiku bahwa aku mencintaimu.
Aku berharap kita bersama-sama dapat meraih ridha Ar-Rahman.
Barangkali aku juga banyak melakukan kesalahn dan mengabaikan hakmu. dan barangkali aku tidak menyadari kekuranganku dalam melaksanakan kewajiban terhadapmu dan dalam menjaga perasaanmu.
 
Aku memohon kepadamu agar membalas risalah ini, silahkan mengungkapkan apa yang terbertik dalam benakmu. Bukankah tujuan kita berdua adalah satu. Kita telah menampung bahtera yang satu dan tujuan kita juga satu. Tujuan kita adalah bersama-sama duni dan akhirat di jannah 'Adn. Jangan engaku biarkan angin badai menghantam kita sehingga membuat kita tersesat jalan.

Dikutip dari buku : "Agar Suami Cemburu Padamu", Dr. Najla As-Sayyid Nayil
gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2sVjGqWA_OItkZZrAikuFS2ltIBTU0dAg82Dq6YDFGYlkWZnfrfF-zIQ_i7QDJqmBOqUDkPGO49VPY5qtL-iyspDYRKRwNpF0SbVtuUgmx2SQ8aMX_B2Ubz1yjk2fiBFCMCoAZvw9yak/s200/surat-surat.gif

Hiasi Diri Dengan Qana'ah

Agar engkau bisa menikmati kehidupan rumah tangga bersama suamimu hendaklah engkau menghiasi diri dengan sifat qana'ah (merasa cukup) dan ridha.

Dengan qana'ah jiwa akan merasa tenang dan ridha menerima pembagian yang Allah Rabbul 'aalamin berikan, dan tehindar dari sifat tamak yang selalu mengimpikan tambahan sehingga sebagai konsekwensinya kerap kali menyeretnya kepada cara-cara yang syubhat dan haram. Qana'ah yang menahan jiwa kita dari keinginan memiliki apa yang ada di tangan orang lain.


Ingatlah selalu sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam.

"Barang siapa di antara kamu bangun di pagi hari dengan perasaan aman, sehat tubuhnya dan cukup persediaan makanan pokoknya untuk hari itu, seakan-akan ia telah diberi semua kenikmatan dunia." (H.R. Tirmidzi)

Adakah sesuatu yang lebih diinginkan seseorang dalam kehidupan dunia selain dari tiga perkara tersebut?
Sebagaimana sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam :

"Beruntunglah orang yang diberi hidayah kepada islam dan rezekinya cukup lalu ia qana'ah"  (H.R Tirmidzi)

Hendaklah seorang istri menghiasi dirinya dengan sifat qana'ah. janganlah ia melihat-lihat apa yang ada di tangan orang lain. Hendaklah ia menggunakan harta titipan Allah itu untuk kepentingan fisabilillah. Agar menjadi tabungan pahala di akhirat.

Sebahagian istri ada yang mengeluhkan kehidupannya dan tidak bisa menerima penghasilan suaminya. Ia ingin hidup seperti fulanah atau seperti salah seorang karib keluarganya.

Engkau lupa bahwa Allah subhaanahu wata'aala tidaklah menciptakan manusia sama rata. Allah menciptakan orang kulit putih dan orang kulit hitam, orang kaya dan orang miskin, orang kuat dan orang yang lemah.

Agar kita merasa tenang, camkan hadits berikut ini :

"Lihatlah orang yang dibawahmu (kekayaannya) dan jangan lihat orang yang diatasmu (kekayaannya), hal itu lebih baik sehingga engkau tidak menyepelekan nikmat Allah". (H.R. Muslim)

Ingatlah selalu bahwa kebahagiaan bukan hanya terletak pada harta semata. Berapa banyak wanita yang memiliki suami kaya hartanya namun bakhil perasaan ddan cintanya. Sementara yang lain memiliki suami yang fakir hartanya namun kaya perasaan dan cintanya kepada istri dan rumahnya.

Hendaklah seorang istri selalu ridha menerima suaminya yang mencintai dirinya. Kebahagiaan itu bukan hanya terletak pada makanan dan minuman, bukan berhias dengan pakaian mahal, perabotan mewah, emas perak dan kendaraan yang banyak. Namun kekayaan itu letaknya dalam dada dan hati yang tenang, penuh dengan cinta dan keimanan.